Loading...
Thursday 1 June 2017

11:34
frisca wulandari

Hafal Pancasila Belumlah Cukup Sebagai Indikator Nasionalisme
Oleh Frisca Wulandari (DPD IMM Lampung)

(01/06). Hafal Pancasila dan lagu Indonesia Raya adalah soal pengelolaan dan tugas pemerintah dan kembali ke Sumber Daya Manusianya. Dulu saat kemerdekaan mereka merasa  senasib. Kini dengan jumlah  penduduk yang telah mencapai 256 juta jiwa dan ketimpangan ekonomi yang  kian beragam, nasionalisme gaya lama menjadi menjadi pertanyaan. Perbedaan kian tajam, yang pinter, pinter sekali. Sementara kondisi sekolah dan anak didiknya juga beragam. Di sini sekali lagi, peran pemerintah sebagai penyeimbang terhadap situasi keberagamannya.

Pasca-reformasi nasionalisme ini sepertinya hampir tamat. Yang terlihat nasionalisme seakan-akan hanya palsu belaka. Sekarang dengan gampangnya tak ada rasa takut memplesetkan Pancasila dengan sila pertama, “Keuangan Yang Maha Kuasa” dan lagu Garuda Pancasila menjadi: “ Garuda Pancasila, aku lelah mendukungmu…dan seterusnya…” sampai media sosial saat itu dihebohkan dengan salah satu penyanyi dangdut yang sempat membuat warga Indonesia marah karena melihat tingkahnya disalah satu acara Televisi. Dan kemudian orang-orang saling curiga, saling tuduh, dan akhirnya pukul antara suku, agama, kelompok, ideologi. Sekelompok orang yang ingin membuat negara tandingan. Pelajar gontok-gontokan dengan pelajar, mahasiswa  dengan mahasiswa. Pertanyaan besar, masihkah kita ini satu Bangsa? Orang bilang, “Nasionalisme sudah mati”.

Saat ini sepertinya Pancasila  kurang dihiraukan lagi. Pemahaman nilai-nilai luhur bangsa menjadi tidak menarik untuk dipelajari dan diamalkan. Kondisi seperti ini pula yang membuat terjadinya seorang artis yang mengolok-olok Pancasila sebagai simbol negara yang sangat dihormati seluruh bangsa Indonesia. Jika tidak mampu mengatasi hal itu, Pancasila akan mengalami kritis dan kekosongan  ideologis dialami bangsa Indonesia. Jika hal itu terjadi, eksistensi  ideologi Republik Indonesia akan terancam. Para kelompok – kelompok tertentu seperti komunis misalnya akan melakukan  kritik ideologinya dan bersiap menjadikan ideologi kelompok yang bersangkutan sebagai ideologi alternatif.

Kejadian-kejadian pelecehan terhadap lambang negara sebagai peringatan atau lampu merah bagi bangsa Indonesia agar semua kembali memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila sendiri. Maka perlulah Sosialisasi Empat Pilar MPR RI (Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, UUD 1945 sebagai konstitusi negara, NKRI sebagai bentuk negara dan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan Negara), menjadi sangat penting dilakukan oleh para pemimpin negeri ini.

Pemahaman nilai-nilai luhur bangsa membutuhkan kerja sama dan peran aktif seluruh elemen masyarakat tanpa kecuali. Kesadaran dari dalam diri akan pentingnya nilai-nilai luhur bangsa akan membangkitkan karakter bangsa yang sesungguhnya yang cinta pada negara dan bangsa. Terngiang kata-kata  Albert Camus, dengan kata lain: Nasionalisme tak bisa dipaksakan. Bagaimana bisa Nasionalisme kita bisa tumbuh kalau penguasa tak peduli dengan rakyatnya. Ketika ada rakyat miskin tapi anehnya banyak juga yang berkelimpahan harta sampai uangnya terbongkar di Panama Papers.

Kalau nasionalisme dapat ditakar dengan lagu, bisakah pengamen jalanan menyanyikan  Garuda Pancasila dengan menunjukan Darah Juang lebih pas dengan kehidupan dan semangat mereka? Jawabannya ada di Albert Camus: aku berontak, maka aku ada. Maka di sinilah kelihatan, dari yang santun dan elegan tersebut beda tipis, pekikan seperti ini dianggap angin lalu.

Jalan anak bangsa untuk mengungkapkan nasionalisme antara lain bisa melalui kritik sosial dan lagu.  Memberontak pada ketidakadilan, ketidak-manusiaan, kebohongan, kemunafikan dan sejenisnya bisa menjadi jalan nasionalisme di zaman ini. Nasionalisme harus perlu ditanamkan kembali kepada generasi muda yang mulai terkikis dengan arus globalisasi yang ada, yang lebih individualisme tanpa memikirkan keadaan bangsa ini. Pencerminan Pancasila sebagai nilai luhur yang dimiliki bangsa ini harus dimiliki genarasi muda. Tentunya adanya sinergisitas dari berbagai pihak. 

0 komentar:

Post a Comment