Loading...
Wednesday 19 April 2017

20:31
2


PENGUATAN IDEOLOGI GERAKAN BERBASIS KEILMUAN
KADER IKATAN DI KOTA METRO

Oleh:
Erik Almanar


Pendahuluan
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan organisasi perkaderan dibawah naungan Muhammadiyah yang telah diamanahkan melakukan pembinaan dan pemberdayaan mahasiswa perguruan tinggi. Sejarah mencatat kelahiran IMM yang tidak lepas dari suasana pergerakan mahasiswa Islam saat itu yang mendorong keniscayaan lahirnya gagasan pendirian IMM pada 14 Maret 1964. Sejak tahun 1964 inilah IMM berkiprah memberikan warna perjuangan, dakwah, dan sumbangsih mengawal problematika kebangsaan. Menurut DPP IMM (2014 : 14) Makna IMM dalam anggaran dasar BAB II pasal lima, IMM adalah gerakan mahasiswa Islam yang bergerak dibidang keagamaan, kemasyarakatan, dan kemahasiswaan2.
Sebagai organisasi perkaderan, peran IMM tidak terlepas pada proses internalisasi ideologi keagamaan sebagaimana yang dipahami Muhammadiyah. Nilai profetik sebagai dasar perjuangan turut menjadi bagian yang integral menciptakan kemapanan dalam membangun kualifikasi kader ikatan. Factor kuantitaslah selama ini menjadi modal garapan yang diharapkan melahirkan calon kader pimpinan selanjutnya.
Pada tataran teoritis, perkaderan bermakna proses kontinunitas kepada setiap anggota dengan tujuan penanaman nilai-nilai. Proses internalilasi berdasarkan harapan pengkader sendiri menumbuhkan sebuah budaya yang merasuk tiap anggota ini. Maka tidak asing bila IMM melakukan perkaderan berpokok pada Tri Kopetensi Ikatan sebagai falsafah perkaderannya. Melalui Tri Kopetensi juga seorang pengkader (instruktur) menanamkan budaya organisasi demi tercapai apa yang dinamakan Profil Kader Ikatan melalui pola pembinaan masing-masing. Selain dalam perkaderan, IMM memiliki peran strategis dalam ranah gerakan intelektual. Lebih lanjut keanggotaan IMM diisi oleh para mahasiswa. Anggota yang diisi sebagian besar mahasiswa ini diharapkan mamiliki daya kritis dalam memecahkan permasalahan social dan juga sebagai kelas masyarakat intelektual.

Pola Pembinaan Kader       
Sejauh ini, Pimpinan terutama Bidang Kader adalah bidang yang menjalankan tugas sebagai ujung tombak perkaderan. Baik melalui perekrutan maupun melakukan pembinaan. Sering kali pimpinan terjebak oleh formalitas sebagai satu-satunya pembinaan yang inten. Jangankan memberikan stimulus pergerakan terhadap kader, kader pimpinan memberikan kesan sibuk dengan dirinya sendiri yang juga terjebak aktivitas pragmatisnya. Pola pembinaan selama ini secara ideal memberikan gagasan budaya yang juga merupakan turunan Tri Kopetensi Ikatan. Nilai ini diharapkan dapat terinternalisasi kedalam jati diri kader melalui pola pembinaan yang baik. 

Budaya Keilmuan Ikatan
Menurut Sani (2011:29) IMM sebagai organisasi yang Pelaku penggeraknya adalah mahasiswa menjadi keharusan memiliki kecerdasan dalam berfikir sehingga mahasiswa dapat melakukan perubahan yang positif dilingkungan tempat tinggalnya. Kalangan mahasiswa juga dikatakan sebagai generasi akademis yang memiliki sifat terbuka, siap menerima kritik dan menghargai kebenaran bersifat plural sebagai corak berfikir futuristic. Kebenaran ini memberikan gambaran arti penting intelektual secara nyata. Maka munculnya budaya ilmu ditubuh ikatan harus dimiliki lebih-lebih merupakan gerakan kepatutan berbasis keilmuan3.
Nyatanya, distorsi kian tampak melihat kedekatan kader ikatan kepada buku. Buku yang menjadi sumber otentik tidak menjadi gerakan terlihat dipermukaan apalagi digadang-gadang menjadi basis gerakan. Semangat kelimuan akan membudaya dan sejalan apabila konsep gerak ikatan kedepan kembali pada jati dirinya sebagai mahasiswa. Dalam hal ini Penulis berusaha menghadirkan gagasan solutif dalam rangka penguatan gerakan berbasis keilmuan yang dimaksud, (1)Ikatan sebagai media ta’dib. (2)Revitalisasi Trias Budaya.

Ikatan sebagai media ta’dib
Salah satu penyebab kelesuan aktivitas pergerakan dalam ikatan diantaranya penulis melihat dari segi adab. Karakter yang dilekatkan pada sosok mahasiswa terkenal dengan jiwa idealis intelektualis nyatanya belum dibarengi oleh etika dan moral sebagai ruh cendekiawan. Kritik moral kepada penguasa seakan menjadi topik yang selalu hangat menjadi bahan diskusi. Berbanding terbalik bila dicermati oleh mahasiswa itu sendiri sebagai subjeknya. Menurut Wan Daun (1998:24) adab sangat erat kaitan dengan ilmu, karena ilmu tidak bisa diajarkan kecuali kepada mereka yang memiliki adab. Tampak dipermukaan bahwa ikatan belum eksis dalam kiprahnya menjadi media perbaikan adab (ta’dib). Kelesuan kader ditengarai oleh dekadensi keanggunan sikap, baik sesama anggota maupun kader pimpinan. Tidak jarang menimbulkan benturan emosional mengakibatkan kesenjangan antar personal4.  
Problem adab bukan saja menjadi problem ilmu pengetahuan. Adab berkaitan dengan akhlak yang pada puncaknya penyebab kemunduran umat saat ini.  Perhatian Ikatan diharapkan dapat mengembalikan ruh cendekiawan dan sebagai wadah dalam budaya kelimuan bila melihat satu poin Tri Kopetensi Ikatan yakni religiusitas.   

Revitalisasi trias tradition
             Mahasiswa merealisasikan bargaining position-nya sebagai Educated Middle class melalui aksi nyata gerakan-gerakannya. Adakalanya gerakan mahasiswa beranjak dari semangat intelektualitas membuah pola ilmiah melalui forum-forum diskusi dan diskursus ilmiah. Disisi lain mahasiswa menggunakan media control social dan vokal dengan tindakan intelektual pressure. Satu sisi yang selalu sama kekritisan pada jiwa muda menjadi modal dan kekuatan5
            Ikatan sebagai gerakan mahasiswa bukanlah gerakan anarki berjuang atas kekerasan dan radikalisme. Gerakan mahasiswa adalah gerakan intelektual sebagai muara dari kalangan akademisi kampus yang mengedepankan rasio dalam penyikapan masalah. Terbangunnya gerakan intelektual tidak terlepas oleh apa yang disebut dengan trias tradition, Membaca, Menulis, Berdiskusi. Tiga hal yang menjadi akar pergerakan mahasiswa.
Sangat penting menghidupkan kembali tradisi menulis yang ditunjukkan geliat pers, maupun peran pimpinan dalam menginisiasi taman baca ikatan. Ruang membaca menjadi mutlak bagi kader ikatan mengaktualisasikan issue untuk selalu bergerak. Tanpanya pergerakan kader dan issu yang dibangun menjadi kering akan referensi, tidak ilmiah.


Referensi :
1 Penulis adalah mahasiswa aktif Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Metro, penulisan ditujukan untuk memenuhi RTL Darul Arqom Madya PC IMM Tangerang
2IMM, Dewan Pimpinan Pusat. 2014. Tanfidz Keputusan Muktamar. Surakarta
3Sani, Abdul Halim. 2011. Manifesto Gerakan Intelektual Prefetik.Samudra Biru.
4 Wan Daud, Wan Mohd Nor. 2003. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas. Bandung : Mizan Pustaka
5 Http:\\Smijogja.blogpot.com 



2 komentar: